Pages

Selasa, 02 April 2013

Tulisan Kemiskinan di Balik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


PENDAHULUAN

 

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkatnya kami dapat menyelesaikan tulisan ini.
Walaupun saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi, tapi tetap saja banyak sekali masyarakat yang masih hidup pada garis kemiskinan. Padahal seharusnya masyarakat Indonesia sudah bisa memperoleh pekerjaan yang layak dan penurunan angka kemiskinan pun bisa lebih cepat. Perekonomian Indonesia bukan tidak mungkin akan mengalami kemunduran jika tidak memperhatikan masyarakat miskin. Golongan masyarakat ini memang sangat rawan terhadap krisis.  Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia hanya dinikmati oleh segelintir orang. Pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi struktural ekonomi, dibandingkan hanya meninjau angka pertumbuhannya saja. “Menjadi penting bahwa struktur ekonomi menjadi agenda ketahanan sosial ekonomi.


                                                                    ISI


Meski kondisi makro ekonomi Indonesia saat ini menggembirakan, namun kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia masih perlu diperbaiki. Hal itu perlu agar kesejahteraan masyarakat ikut meningkat. Jika dalam beberapa tahun ke depan para elit tetap bergembira dengan kualitas petumbuhan yang seperti sekarang, maka kesenjangan akan menjadi sangat tinggi dan akan menimbulkan masalah sosial yang lebih besar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2012 (year on year) mencapai sebesar 6,4%. Pertumbuhan memang sudah menjadi primadona ekonomi yang tengah dikejar oleh banyak negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,4% juga turut memperkuat pernyataan bahwa makro ekonomi Indonesia sedang gemilang.
Namun di balik tingginya angka pertumbuhan ini, ternyata menyisakan jutaan keprihatinan dan problem sosial di tengah masyarakat. Indikatornya antara lain kemiskinan, ketimpangan dan sebagainya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini tidak banyak berarti dalam menciptakan lapangan kerja yang layak bagi masyarakat sehingga hasilnya pun juga tidak banyak yang dapat dinikmati oleh masyarakat.      
Secara makro pertumbuhan 6,4% itu cukup baik tetapi menjadi kurang berarti karena ternyata problem sosial masyarakat tidak banyak berkurang, orang masih sulit memperoleh pekerjaan yang layak dan penurunan angka kemiskinan juga masih lambat. BPS juga menyebutkan lebih dari 50% struktur pertumbuhan Indonesia masih dari sektor konsumsi rumah tangga sedangkan pertumbuhan ekspor lebih rendah dibandingkan impor atau pertumbuhan ekspor bersih justru minus. Konsumsi menjadi penolong Indonesia sehingga dapat tetap tumbuh di tengah krisis keuangan global, tidak seperti negara-negara yang perekonomiannya maju dan bertumpu pada ekspor.
Sebenarnya kondisi perekonomian yang bertumpu pada konsumsi itu tidak baik , karena memiliki efek pengganda yang rendah. Sehingga Indonesia harus segera mendorong investasinya, khususnya untuk sektor-sektor yang padat karya. Jadi selain akan memperoleh efek pengganda yang tinggi juga akan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.




PENUTUP
Kesimpulan
Sangat disayangkan pertumbuhan perekonomian yang tinggi di negara kita ini , tidak dibarengi dengan pertumbuhan kesejahteraan masyarakatnya. Selama ini struktur pertumbuhan Indonesia masih dari sektor konsumsi, maka akan lebih baik lagi jika Indonesia segera mendorong investasinya agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan tentunya akan lebih mensejahterakan masyarakat. Sehingga akan menjadi seimbang antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 


Daftar Pustaka









Tidak ada komentar:

Posting Komentar