Pages

Minggu, 17 April 2016

PERKEMBANGAN PENGUNGKAPAN & PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS)

International Financial Reporting Standards and Practices (IFRS)

IFRS atau International Financial Reporting Standards and Practices diterbitkan dalam bentuk buku yang memuat standard dan prakteik international mengenai pelaporan keuangan. IFRS merupakan standard akuntansi international yang disusun oleh IASB (Internatinal Accounting Standard Board). IASB dahulu bernama komisi Standar Akuntansi Keuangan (IASC/International Accounting Standard Committee). IASC merupakan lembangan independen untuk menyusun standard akuntansi yang dikenal dengan Standar Akuntansi International (IAS/International Accounting Standards). Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standard akuntansi global yang berkualitas tinggi, namun dapat dipahami dan dapat dibandingkan (Choi et al, 2005).

Pengungkapan Pelaporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah IFRS
         Menurut DSAK (IAI, 2008), tingkatan pengadopsian tiap-tiap Negara terhadap IFRS dibedakan menjadi lima tingkat, yaitu:
1.      Full Adoption
Pada tingkatan ini, suatu negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan menterjemahkannyaword by word.
2.      Adapted
Adapted yaitu suatu negara yang mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi disuatu negara.
3.      Piecemeal
Piecemeal yaitu suatu negara yang hanya mengadopsi sebagian nomor IFRS, yaitu nomor standar tertentu, dan memilih paragraf tertentu saja.
4.      Referenced
Referensi yaitu suatu negara yang memakai standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
5.      Not Adoption at all
Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.

Sebelum IFRS
        Sejak 2004, profesi akuntan di Indonesia telah melakukan harmonisasi antara PSAK (Indonesian GAAP) dan IFRS. Konvergensi IFRS diharapkan akan tercapai pada 2012. Walaupun IFRS masih belum diterapkan secara penuh saat ini, persiapan dan kesiapan untuk menyambutnya akan memberikan daya saing tersendiri untuk entitas bisnis di Indonesia. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A), lintas negara. Tercatat sejumlah akuisisi lintas negara telah terjadi di Indonesia, misalnya akuisisi Philip Morris terhadap Sampoerna (Mei 2005), akuisisi Khazanah Bank terhadap Bank Lippo dan Bank Niaga (Agustus 2005), ataupun UOB terhadap Buana (Juli 2005). Sebagaimana yang dikatakan Thomas Friedman, “The World is Flat”, aktivitas M&A lintas negara bukanlah hal yang tidak lazim. Karena IFRS dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Inilah keuntungan dari mengadopsi IFRS (IAI, 2008).

Setelah IFRS
       Indonesia telah melakukan adopsi penuh IFRS mulai 1 Januari 2012. Namun penerapan IFRS telah dimulai secara bertahap dengan penerapan 19 PSAK dan 7 ISAK baru yang telah mengadopsi IAS/IFRS mulai 1 Januari tahun 2010.2 Konvergensi IFRS ini merupakan salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G-20. Seperti di negara-negara lain, masih menjadi perdebatan dan pertanyaan penelitian penting apakah penerapan IFRS di Indonesia dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi.
Dibawah ini terdapat perbedaan antara pelaporan keuangan perusahaan sebelum dan setelah penerapan IFRS.
Tabel 1: Perbedaan Pelaporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS
Setelah IFRS
Sebelum IFRS
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
-          Laporan posisi keuangan (neraca)
-          Laporan laba rugi komprehensif
-          Laporan perubahan ekuitas
-          Laporan arus kas
-          Catatan atas laporan keuangan
-          Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
-          Neraca
-          Laporan laba rugi
-          Laporan perubahan ekuitas
-          Laporan arus kas
-          Catatan atas laporan keuangan
Pengungkapan dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) :
Aset :
-          Aset tidak lancar
-          Aset lancar
Ekuitas :
-          Ekuitas yang dapat diatribuskan ke pemilik entitas induk
-          Hak non pengendali
Liabilitas :
-          Liabilitas jangka panjang.
-          Liabilitas jangka pendek
Pengungkapan dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) :
Aset :
-          Aset tidak lancar
-          Aset lancar
Ekuitas :
-          Ekuitas yang dapat diatribuskan ke pemilik entitas induk
-          Hak non pengendali
Liabilitas :
-          Liabilitas jangka panjang.
-          Liabilitas jangka pendek
Penyajian liabilitas jangka panjang yang akan dibiayai kembali :
-          Liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan.
           
Penyajian liabilitas jangka panjang yang akan dibiayai kembali :
-          Tetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang
Pengakuan dan pengukuran :
-          Biaya historis.
-          Biaya sekarang ( apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar).
-          Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika aset dilepas).
-          Nilai wajar.
-          Pengakuan pendapatan.
-          Pengakuan beban.
-          Pengungkapan penuh
Pengakuan dan pengukuran :
-          Biaya historis
-          Pengakuan pendapatan
-          Pengakuan beban
-          Pengungkapan penuh

Pengungkapan Laporan Keuangan Terbaik di Indonesia Tahun 2014
     Tanggal 22 September 2015, diselenggarakan acara malam penganugerahan Annual Report Award (ARA) 2014. ARA terselenggara atas kerjasama 7 (tujuh) instansi penyelenggara, yaitu Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal  Pajak, Komite Nasional Kebijakan Governance, PT. Bursa Efek Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia.
            Peserta ARA 2014 berjumlah 294 peserta yang terdiri dari 274 perusahaan, 17 Dana Pensiun dan 3 Bank Perkreditan Rakyat. Jumlah peserta meningkat 13% dibandingkan peserta tahun lalu yaitu 261 perusahaan. Apabila dilihat perkembangan peserta sejak pertama kali ARA diselenggarakan tahun 2002 hingga saat ini, maka mengalami peningkatan sampai dengan 227%. Peserta ARA 2014 ini terbagi dalam 11

Kategori yaitu:
1.        BUMN Non Keuangan Non Listed
2.        BUMN Non Keuangan Listed
3.        BUMN Keuangan Non Listed
4.        BUMN Keuangan Listed
5.        Private Non Keuangan Non Listed
6.        Private Non Keuangan Listed
7.        Private Keuangan Non Listed
8.        Private Keuangan Listed
9.        BUMD Non Listed
10.      BUMD Listed
11.      Dana Pensiun

Penilaian ARA 2014 terdiri dari 8 kriteria penilaian kualitas informasi dalam laporan tahunan, khususnya menyangkut aspek transparansi dan GCG dengan bobot masing - masing sebagai berikut :
1.        Umum                                                                                                      : 2%
2.        Ikhtisar Data Keuangan Penting                                                              : 5%
3.        Laporan Dewan Komisaris dan Direksi                                                   : 3%
4.        Profil Perusahaan                                                                                     : 8%
5.        Analisa dan pembahasan manajemen atas kinerja perusahaan                 : 22%
6.        Good Corporate Governance                                                                   : 35%
7.        Informasi keuangan                                                                                 : 20%
8.        Lain - lain                                                                                                 : +/- 5%
             a.     Praktik Good Corporate Governance yang melebihi kriteria
             b.    Praktik Bad Corporate Governance yang tidak diatur dalam kriteria

          Kriteria penilaian ARA direviu setiap tahun dan disesuaikan dengan perkembangan terkini dari praktik GCG. Sehingga, diharapkan praktik corporate governance di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan dinamika perkembangan standar dan praktik GCG. Pada ARA 2014 ini, sejumlah perubahan dilakukan untuk menyelaraskan kriteria penilaian dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait dengan peraturan tentang tata kelola dan kriteria ASEAN corporate governance scorecard yang dilaksanakan dalam kerangka Asean Capital Market Forum (ACMF) sebagai bagian dari proses pelaksanaan program ASEAN economic community yang dilaksanakan pada tahun 2015. Beberapa kriteria baru antara lain pengungkapan mengenai keberagaman komposisi dewan komisaris dan direksi dan pengungkapan nama dan persentase kepemilikan 20 pemegang saham terbesar.
          Proses penjurian dilakukan melalui tahapan penilaian atas Laporan Tahunan dari seluruhpeserta yang dilakukan dengan beberapa tahapan cek dan ricek. Selanjutnya, dari hasil penilaian tersebut Dewan Juri  menentukan nominasipemenang dari setiap kategori untuk masuk tahap wawancara. Berdasarkan tahap-tahap penilaian tersebut pemenang ARA 2014 ditetapkan.

Peserta ARA 2014 ini terbagi dalam 11 Kategori yaitu:
1.      BUMN Non Keuangan Non Listed
2.      BUMN Non Keuangan Listed
3.      BUMN Keuangan Non Listed
4.      BUMN Keuangan Listed
5.      Private Non Keuangan Non Listed
6.      Private Non Keuangan Listed
7.      Private Keuangan Non Listed
8.      Private Keuangan Listed
9.      BUMD Non Listed
10.    BUMD Listed
11.    Dana Pensiun

Referensi:
Givoly & Hayn,2000“InternationalAccounting”. Prentice Hall, Upper Saddle River.

Helman, 2007 Analisa Perbandingan Rasio Profitabilitas Laporan Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS). Universitas Lampung (Diakses pada,  11 April 2016, 07:41 WIB).

Zhang, 2011. Standar Akuntansi Keuangan berbasis IFRS. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Empat
Lea Emilia Farida dan Sirajudin. Tinjauan Terhadap Konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standarts) dengan PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) di Indonesia
Augusta, Glory dan Marsono ( 2013 ), “ Analisis Komparasi Kualitas Informasi Akuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS di Indonesia. “Diponegoro Journal of Accounting (Diakses pada,  11 April 2016, 07:41 WIB).
Website resmi BEI : www.idx.co.id ( Diakses pada, 11 April 2016, 08.00 WIB )


Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional


Nama  : T. Febdina
Dosen  : Jessica B., SE., MMSi


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI