Pendahuluan
Indonesia sangat potential didalam budidaya
pengolahan minyak atsiri. Dengan melihat trend peluang pasar dari Essential
Oil (Minyak atsiri) untuk perdagangan internasional yang cenderung
meningkat ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk melirik daerah-daerah yang
potensial sebagai penghasil minyak atsiri.
Posisi Indonesia di
peringkat 12, masih kalah dengan peringkat Thailand yang berada di posisi 10.
Nilai ekspor minyak atsiri Thailand hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
nilai ekspor Indonesia. Dari segi volume, volume ekspor minyak atsiri Thailand
juga hampir tiga kali lipat volume ekspor minyak atsiri Indonesia. Selama ini perkembangan minyak atsiri di
Indonesia hanya berkisar antara pulau Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah
seperti Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Jayapura belum memiliki
sentra industri kecil penyulingan minyak atsiri. Untuk daerah NTT sudah masuk
dalam pengembangan minyak atsiri jenis nilam.
ISI
Usaha produksi minyak atsiri di Indonesia
dalam bentuk industri skala kecil dan menengah yang berpotensi meningkatkan
devisa bagi Indonesia. Ekspor komoditi minyak atsiri Indonesia ke
pasaran Swiss untuk tahun 2009, meskipun dari segi volume mengalami
peningkatan, namun akibat penurunan harga yang sangat signifikans, maka
nilainya juga mengalami penurunan yang signifikans, dibandingkan dengan tahun
2008.
Menurut data Market Study Essential Oils and Oleoresin
(ITC), produksi nilam dunia mencapai 500 - 550 ton per tahun. Produksi
Indonesia sekitar 450 ton per tahun, kemudian disusul Cina (50 - 80 ton per
tahun). Produk atsiri dunia yang didominasi Indonesia, antara lain nilam, serai
wangi, minyak daun cengkeh, dan kenanga. Sebelum diekspor, minyak nilam
biasanya ditampung oleh agen eksportir. Harga minyak nilam di pasaran lokal
(ditingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000,- - Rp 250.000,- per kg (di New
York, AS $ 14 - 23,5). Negara tujuan ekspornya meliputi Singapura, India, AS,
Inggris, Belanda, Perancis. Juga Jerman, Swis, dan Spanyol.
Nilai ekspor minyak atsiri dari
Indonesia pada 2009 mencapai US$ 100 juta. Adapun volume ekspor minyak atsiri
sekitar 2500 ton per tahun. Diharapkan ekspor minyak atsiri tiap tahun
mengalami peningkatan. Minyak atsiri--yang dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric
oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik--merupakan
kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun
mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Ekspor minyak atsiri menunjukkan
kinerja yang menggembirakan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan,
nilai ekspor minyak atsiri pada Januari-Maret 2011 sebesar US$ 135.362.814.
Nilai ini melonjak 32,26% dibandingkan nilai ekspor tiga bulan pertama tahun
lalu yang hanya mencapai US$ 102.348.956.Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam
mengembangkan produksi minyak atsiri di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
kecenderungan dan permintaan pasar dunia untuk minyak atsiri dan penetapan
harga serta kualitasnya.
Penutup
Demikian tentang tugas tulisan
tentang perkembangan minyak astiri yang berpotensi meningkatkan devisa bagi Indonesia, agar kita tahu bahwa minyak astiri bisa
memajukan perekonomian Indonesia. Semoga dapat bermanfaat
Referensi : http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/5/54/1290/perkembangan_ekspor_minyak_atsiri_indonesia.html
Sumber:
data BPS, diolah dan diperoleh dari berbagai sumber, F. Hero K. Purba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar