TUGAS KEDUA
1. Apa yang
dimaksud dengan kemiskinan yang dikemukakan oleh beberapa ahli ?
v Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah
ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang
meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan
(pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat
dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat
diambil satu poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang
merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi
dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.
v Levitan (1980)
mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-elayanan
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
v Sallatang (1986)
kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan kekayaan
materi, tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologi, psikologi dan
sosial.
v Esmara (1986) mengartikan
kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk
mempertahankan kehidupan yang layak. Fenomena kemiskinan umumnya dikaitkan
dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
v Faturchman dan Marcelinus
Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan
atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
v Ellis (1994) kemiskinan
merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi,
sosial politik.
v Suparlan (1993)
kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
v Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai
keadaan ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar,
rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan memelihara
kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku
antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk
mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta
ketidakmampuan dan keterpisahan.
v SPECKER (1993) mengatakan bahwa kemiskinan
mencakup beberapa hal yaitu :
1. kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang
normal
2. gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
3. risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial
ekonomi dan lingkungannya,
4. kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak
bisa hidup layak, dan
5. kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat
ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas
pendidik yang rendah.
v Reitsma dan Kleinpenning
(1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material.
v Basri (1995) bahwa
kemiskinan pada dasarnya mengacu pada keadaan serba kekurangan dalam pemenuhan
sejumlah kebutuhan, seperti sandang, pangan, papan, pekerjaan, pendidikan,
pengetahuan, dan lain sebagainya.
v Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan
didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan beras 320
kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan.
v Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional
Penanggulangan Kemiskinan juga mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya
diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan orang atau
sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin
2. Apa yang di maksud pertumbuhan dan pemerataan dalam konteks
pembangunan ekonomi Indonesia selama ini ?
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi mempunyai arti penting. Petumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang
dengan sendirinya kebutuhan konsumsinsehari-hari juga bertambah setiap tahun,
maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Selain dari sisi
permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga
membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan
ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan
ketimpangan dalam pembagian dari penambahana pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu
kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan
konsumsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai dengan
penigkatan output agregat (barang dan jasa) atau PDB yang
terus-menerus. Dalam pemahaman ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah
penambahan PDB, yang berarti peningkatan PN.
Penjelasan ini juga
terdapat teori-teori dan model-model pertumbuhan perekonomian seperti Teori
Klasik, Teori Neo-Keynes, Teori Neo-Klasik dan Teori Modern. Di
dalam teori klasik ada dua aliran pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi yang
dilihat dari sisi AS/produksi yaitu teori klasik dan teori modern dan diantara
kedua ini, teori neo-keynes dan teori neo-klasik. Dasar pemikiran teori klasik
adalah pembangunan ekonomi yang dilandasi oleh sistem Liberal, yang
manapertumbuhan ekonomi di pacu oleh semangat untuk mendapatkan keuntungan
maksimal. Beberapa teori klasik terdapat disini yaitu sebagai berikut:
1. Teori Pertumbuhan Adam Smith, di dalam teori ini
terdapat tiga faktor penentu proses
produksi/pertumbuhan, yaitu SDA, SDM, dan barang modal.
2. Teori
Pertubuhan David Ricardo, pertumbuhan ekonomi ditentukan
oleh SDA (dalam arti tanah) yang terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk yang
menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah. Menurut David Ricardo pertanian adalah sektor
utama sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.
3. Teori
Pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus, menurutnya, ukuran
pembangunan suatu perekonomian adalah kesejahteraan Negara, yakni jika
PNB potensialnya meningkat. Sekotor yang paling dominan adalah sektor industri
dan pertanian. Jika output di kedua sektor itu di tingkatkan, maka PNB
potensialnya akan bisa di tingkatkan. Menurut Thomas Robert Malthus ada dua
faktor yang sangat menentukan pertumbuhan yaitu faktor ekonomi seperti tanah,
tenaga kerja, modal dan organisasi ; dan juga faktor nonekonomis seperti
keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang pasti, etos kerja dan
disiplin pekerja yang tinggi. tetapi, diantara faktor tersebut yang paling
berpengaruh adalah faktor akumulasi modal.
4. Teori Marx, membuat
lima tahapan perkembangan sebuah perekonomian :
·
perekonomian
komunal priminif
·
perekonomian
perbudakan
·
perekonomian
feudal
·
perekonomian
kapitalis
·
perekonomian
sosialis.
5) Teori selanjutnya yaitu tentang teori Neo-Keynes, model
pertumbuhan yang di dalam kelompok teori
Neo-Keynes adalah model daro Harrod dan Domar yang mencoba memeperlus teori keynes
mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangaka panjang
dengan menlihat pengaruh dari investasi, baik pada AD maupun pada perluasan
kapasitas produksi AS, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhanekonomi.
Selanjutnya yaitu mengenai Teori Neo-Klasik. Pemikiran
dari teori ini didasarkan pada kritik atas kelemahan-kelemahan atau
penyempurnaan terhadap pandangan atau asumsi dari teori klasik. Beberapa model
teori ini adalah sebagai berikut yaitu:
Model Pertumbuhan A.Lewis :
·
Model
Petumbuhan Paul A.Baran
·
Teori
Ketergantungan Neokolonial
·
Model
Pertumbuhan WW.Rostow
6) Teori
Modern, dari teori-teori yang di bahas dia
atas kurang dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang sejak tahun 1950-an di
banyak negara di dunia yang kenyataannya pertumbuhan tersebut tidak sepenuhnya
hanya dodorong olah akumulasi modal dan penambahan jumlah tenaga kerja,, tetapi
juga disebabkan oleh peningkatan produktifitas dari kedua faktor tersebut.
Setelah melihat teori-teori di atas kita akan melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses dalam pembanguna ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro(agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro.
tetapi, pada sekarang ini pemerataan dalam konteks Pembangunan Ekonomi Indonesia kurang merata karena semakin banyak saja masyarakat khususnya Indonesia yang masih kekurangan dalam faktor pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
Setelah melihat teori-teori di atas kita akan melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses dalam pembanguna ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro(agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro.
tetapi, pada sekarang ini pemerataan dalam konteks Pembangunan Ekonomi Indonesia kurang merata karena semakin banyak saja masyarakat khususnya Indonesia yang masih kekurangan dalam faktor pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
Perekonomian Indonesia masa
orde lama (1945-1966)
Pada awal kemerdekaan,
pembangunan ekonomi Indonesia mengarah perubahan struktur ekonomi kolonial
menjadi ekonomi nasional, yang bertujuan untuk memajukan industri kecil untuk
memproduksi barang pengganti impor yang pada akhirnya diharapkan mengurangi
tingkat ketergantungan luar negri. Sistem moneter tentang perbankan khususnya
bank sentral masih berjalan seperti wajarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya
hak ekslusif untuk mencetak uang dan memegang tanggung jawab perbankan untuk
memelihara stabilitas nasional. Bank Indonesia mampu menjaga tingkat kebebasan
dari pengambilan keputusan politik. Masa
orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945 saat Indonesia merdeka.
Pada saat itu,keadaan ekonomi Indonesia mengalami stagflasi (artinya
stagnasi produksi atau kegiatan produksi
terhenti pada tingkat inflasi yang tinggi). Indonesia pernah mengalami sistem
politik yang demokratis yakni pada periode 1949 sampai 1956. Pada tahun
tersebut, terjadi konflik politik
yang berkepanjangan dimana rata-rata
umur kabinet hanya dua tahun sehingga pemerintah yang berkuasa tidak fokus memikirkan
masalah-masalah sosial dan ekonomi yangterjadi pada saat itu. Selama periode
1950an struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan jaman kolonial, struktur ini disebut dual
society dimana struktur dualisme menerapkandiskriminasi
dalam setiap kebijakannya baik yang langsung maupun tidak langsung.Keadaan ekonomi Indonesia menjadi bertambah buruk
dibandingkan pada masa penjajahanBelanda.
Sejak tahun 1955, pembangunan
ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal ini dikuatkan dengan
keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun (1961). Kebijakan
ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar dan beberapa proyek kecil
untuk mendukung proyek besar tersebut. Rencana ini mencakup sektor-sektor
penting dan menggunakan perhitungan modern. Namun sayangnya Rencana Pembangunan
Semesta Delapan Tahun ini tidak berjalan atau dapat dikatakan gagal karena
beberapa sebab seperti adanya kekurangan devisa untuk menyuplai modal serta
kurangnya tenaga ahli.
Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk. Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan pertumnbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa. Perekonomian juga diperparah dengan terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-negara komunis.
Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk. Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan pertumnbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa. Perekonomian juga diperparah dengan terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-negara komunis.
Perekonomian Indonesia masa orde baru (1966-1998)
Inflasi pada tahun 1966
mencapai 650%,dan defisit APBN lebih besar daripada seluruh jumlah
penerimaannya. Neraca pembayaran dengan luar negeri mengalami defisit yang
besar, nilai tukar rupiah tidak stabil” (Gilarso, 1986:221) merupakan gambaran
singkat betapa hancurnya perekonomian kala itu yang harus dibangun lagi oleh
masa orde baru atau juga bisa dikatakan sebagi titik balik. Awal masa orde baru
menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968
merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusaha keras
untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya
inflasi, stabilitas politik tercapai ayng berpengaruh terhadap bantuan luar
negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia
dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan
Lima Tahun (REPELITA). Berikut penjelasan singkat tentang beberapa REPELITA:
·
REPELITA I (1967-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai
adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah
cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang
pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
·
REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5%
per tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan dasar
untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
·
REPALITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang
dititikberatkan pada sector pertanian menuju swasembada pangan, serta
peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
·
REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan
usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian
pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja.
Priorotasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.
Perekonomian Indonesia Masa Reformasi
(1998-sekarang)
Pada masa reformasi ini perekonomian indoensia
ditandai dengan krisis monoter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang
sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda kea rah pemulihan. Walaupun ada
pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998
dimana inflasi sudah duperhitungkan namun laju inflasi masih cukup tinggi yaitu
sekitar 100%. Pada tahun 1998 hampir seluruh sector mengalami pertumbuhan
negatif, hal ini berebeda dengan kondisi ekonomi tahun 1999. C. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Adapun faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonom Indonesia, secara umum adalah :
·
Faktor produksi
·
Faktor investasi
·
Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran
·
Faktor kebijakan moneter dan inflasi
·
Faktor keuangan negara Chenery mengatakan bahwa perubahan struktur
ekonomi disebut sebagai transformasi struktur yang diartikan sebagai suatu
rangkaian perubahan yang saling terkait satu sama lain dalam komposisi agregat
demand (AD), ekspor-impor (X-M). Agregat supplay (AS) yang merupakan produksi
dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal guna
mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berlanjut (Tambunan,
2003).
3. Berikan gambar ilustrasi untuk memperjelas
soal no 2 bisa
dalam bentuk table atau grafik?
KETERANGAN
Tahun 1998 pertumbuhan
ekonomi hanya -13,1 %
Tahun 1999
pertumbuhan ekonomi di indonesia mencapai 0,8%
Tahun 2000 pertumbuhan
ekonomi di indonesia mencapai nilai 4,9 % (mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya)
Tahun 2001
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 3,5 %
Tahun 2002
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 4,4 %
Tahun 2003
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 4,9 %
Tahun 2004
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 5,1 %
Tahun 2005
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 5,7 %
Tahun 2006
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 5,5 %
Tahun 2007
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 6,3 %
Tahun 2008
pertumbuhan ekonomi indonesia mencapai nilai 6,4 %
Berdasarkan data
diatas pada tahun 2001 mengalami penurunan kemudian pada tahun 2002-2008
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan stabil.